Pada umumnya, sampan merupakan alat transportasi yang digunakan di air. Namun apa jadinya jika sampan digunakan diatas lumpur. Nah, inilah mahakarya masyarakat Indragiri Hilir khususnya Kuala Getek, Kecamatan Tembilahan. Sebagai masyarakat yang hidup dikawasan ‘Seribu Parit’ dengan kondisi alam yang pasang surut, tidak mematahkan semangat masyarakat untuk melaksanakan aktifitas sehari-hari.
Sampan Leper adalah sampan berukuran 1×3 meter yang didesain khusus untuk bisa dikayuh diatas lumpur. Jika secara umum kita memahami bentuk sampan kerucut dibagian bawahnya, namun tidak dengan Sampan Leper. Sampan Leper dibentuk pipih (leper) dibagian bawahnya. Tujuannya adalah saat melintasi lumpur yang padat, bagian bawah tersebut dapat berseluncur dengan mulusnya.
Sampan Leper kini menjadi salah satu objek daya tarik wisata di Kabupaten Indragiri Hilir. Dapat pula dikatakan sebagai iven langka di dunia. Setiap musim surut tiba, diadakan iven berbentuk lomba yang menampilkan kebolehan masyarakat dalam mengayuh sampan diatas lumpur. Kegiatan ini biasanya dilaksanakan sekitar bulan Juli saban tahunnya. Sebab pada masa itulah, air disekitar Kuala Getek, Sungai Batang Tuaka, surut dan hanya menyisakan lelumpuran yang padat.
Mahakarya Sampan Leper merupakan wujud semangat masyarakat sepanjang Sungai Batang Tuaka, khususnya Suangai Luar, dibalik Legenda si Anak Durhaka. Cerita kejayaan Suangai Luar yang pernah menjadi bandar niaga besar dan ramai, namun tak membuat surut langkah masyarakatnya kala bandar mulai ditinggal akibat pendangkalan yang membuat sungai kini penuh lumpur. Disanalah tercipta mahakarya Sampan Leper, moda transportasi yang mampu membelah lumpur, siap menghantarkan apa saja yang menjadi penumpangnya, khususnya hadil-hasil pertanian yang kini melimpah sebab tanah telah subur dibalik pendangkalan Sungai Batang Tuaka.
Jika anda tak dapat masa berkunjung saat iven digelar, jangan takut. Sehari-hari hinga kini, sampan leper masih banyak digunakan masyarakat khususnya didaerah Pekan Arba. Disanalah awalnya Festival digelar, sebelum kini bergeser didaerah Kuala Getek, mengingat mudahnya penonton untuk melihat dari tepian Jembatan Tasik Gemilang yang membelah Sungai Batang Tuaka. Kelucuan peserta yang bersusah payah mengayuh dan terkadang terjatuh di lumpur menjadi tontonan yang cukup menghibur bagi masyarakat yang datang, bahkan dari mancanegara.